Kenalkan! Alif, Barista Difabel di Kafe di Jantung Kota Jakarta

Kenalkan! Alif, Barista Difabel di Kafe di Jantung Kota Jakarta

Kisah Inspiratif Barista Tunarungu yang Sukses di Dunia Kopi

Alif Rizki Ramadhan, seorang barista berusia 25 tahun yang mengalami disabilitas tunarungu dan tuna wicara, telah menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Dengan perjalanan kariernya yang menginspirasi, Alif telah menjadi teladan bagi banyak orang.

Sejak usia 19 tahun, Alif telah mencurahkan waktu dan usahanya untuk belajar tentang seni meracik kopi. Dengan hampir tujuh tahun pengalaman di dunia kopi, karier Alif terus menanjak dan menginspirasi banyak orang.

Dalam memulai perjalanannya, Alif dipenuhi dengan motivasi yang sederhana namun bermakna. Ia bertekad untuk membuktikan bahwa meskipun mengalami disabilitas, ia tetap bisa menjadi seorang barista yang mahir dan sukses.

ADVERTISEMENT

LANJUTKAN MEMBACA

Setelah memulai langkah pertamanya, Alif mengikuti pelatihan singkat selama seminggu yang diadakan oleh dinas sosial. Pelatihan ini ditawarkan oleh temannya, Rama, seorang tunarungu yang juga ahli dalam seni meracik kopi.

Selama pelatihan tersebut, Alif belajar teknik dasar pembuatan kopi dengan menggunakan bahasa isyarat. “Belajar meracik kopi sambil menggunakan bahasa isyarat sungguh menyenangkan dan memuaskan!” ujar Alif dalam wawancaranya dengan detikTravel.

Saat ini, Alif bekerja di Difabis Coffee & Tea, sebuah kafe yang memberdayakan penyandang disabilitas, terletak di Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat.

Menurut Jihan, PIC (Person in Charge) Difabis Coffee & Tea, semua barista di kafe tersebut telah memiliki sertifikasi dari PPKD (Pusat Pelatihan Kerja Daerah). Mereka terampil dalam meracik kopi dan mengoperasikan peralatan dengan baik.

Walaupun menghadapi keterbatasan, Alif tetap semangat menghadapi tantangan di tempat kerjanya. Salah satu tantangan terbesar baginya adalah menciptakan seni kopi. Namun, dengan dukungan dari tim dan komunitasnya, Alif terus berkembang dan menikmati proses tersebut.

Di samping berkarier sebagai barista, Alif juga aktif mengejar pendidikan di jurusan Sistem Informatika di sebuah universitas swasta. Ia berhasil mengatur waktu antara kuliah dan bekerja, membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk terus maju.

Difabis Coffee & Tea memiliki misi inklusif yang kuat, memberdayakan penyandang disabilitas dan menciptakan lingkungan ramah bagi pengunjung dengan berbagai kebutuhan khusus. Kafe ini juga mengajak pengunjung untuk belajar bahasa isyarat, menciptakan pengalaman unik dan edukatif.

Melalui komunitas disabilitas, Difabis Coffee & Tea berhasil mengidentifikasi bakat-bakat luar biasa seperti Alif. Keterlibatan komunitas ini tidak hanya memberikan kesempatan kerja tetapi juga membangun rasa percaya diri bagi mereka yang terlibat.

Alif berharap penjualan Difabis Coffee & Tea terus meningkat ke depannya. Baginya, menjadi barista bukan hanya pekerjaan, tetapi juga cara untuk menginspirasi dan menyebarkan pesan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk sukses, terlepas dari latar belakang atau keterbatasan.

(Sumber: Anom Suryaputra)