Krisis Rohingya Memburuk, 60.000 Pengungsi Baru Banjiri Bangladesh

Krisis Rohingya Memburuk, 60.000 Pengungsi Baru Banjiri Bangladesh

Dalam beberapa bulan terakhir, situasi krisis yang melanda komunitas Rohingya semakin memburuk akibat ketegangan antara pemerintah junta Myanmar dan pemberontak Tentara Arakan. Sebanyak 60.000 warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh untuk mencari perlindungan dari konflik yang terus memanas.

Menurut penasehat urusan luar negeri Bangladesh, Md. Touhid Hossain, Bangladesh telah memegang prinsip untuk tidak menerima lebih banyak pengungsi Rohingya ke wilayahnya. Namun, dalam beberapa keadaan mendesak, Bangladesh terpaksa mengizinkan 60.000 warga Rohingya masuk ke negara tersebut melalui jalur yang tidak biasa.

Hossain juga mengungkapkan bahwa Bangladesh telah berpartisipasi dalam pertemuan konsultasi informal dengan beberapa negara tetangga, seperti Laos, Thailand, India, China, dan Myanmar, untuk membahas isu ini. Mereka berusaha untuk mencegah gelombang pengungsi Rohingya baru dengan dukungan dari komunitas internasional.

Negara-negara tersebut menekankan pentingnya Myanmar menyelesaikan masalah internalnya melalui dialog dengan semua pihak yang terlibat. Namun, mereka tidak melihat kemungkinan Myanmar dapat kembali ke kondisi sebelumnya.

Tentara Arakan sekarang menguasai lebih banyak wilayah di negara bagian Rakhine yang berbatasan dengan Bangladesh. Meskipun demikian, Bangladesh tidak dapat melakukan pembicaraan formal dengan pihak yang menguasai wilayah tersebut di Myanmar.

Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta pengungsi Rohingya di Distrik Cox’s Bazar, yang terletak di tenggara negara tersebut. Sebagian besar dari mereka melarikan diri dari Myanmar pada Agustus 2017 karena tindakan keras militer yang brutal.

Masuknya warga Rohingya ke Bangladesh juga dipengaruhi oleh praktik korupsi di perbatasan Bangladesh-Myanmar, di mana beberapa individu membantu mereka menyeberang dengan imbalan uang. (sumber: anomsuryaputra.id)