Media Rusia Tiba-Tiba Sorot RI soal Pembunuhan Jenderal Nuklir Putin
Jakarta, CNBC Indonesia – Baru-baru ini, media asal Rusia, RT, telah memberitakan kasus pembunuhan jenderal nuklir Rusia, Igor Kirillov, yang mengejutkan banyak pihak. Kirillov, yang menjabat sebagai Kepala Pasukan Pertahanan Radiologi, Kimia, dan Biologi di bawah pemerintahan Presiden Vladimir Putin, tewas dalam ledakan di Moskow bersama dengan ajudannya.
Kirillov sebelumnya telah menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan penelitian biologi yang rahasia, yang merupakan latar belakang dari kasus ini. Tuduhan tersebut menyebabkan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) mengklaim bertanggung jawab atas kematian Kirillov.
Menurut laporan media lokal Indonesia yang dikutip oleh RT, pembunuhan Kirillov telah menarik perhatian pada program penelitian biologi rahasia AS, termasuk aktivitas di Indonesia. Kirillov selama karirnya sering menyoroti keberadaan laboratorium biologi AS di berbagai negara, termasuk di Asia Tenggara.
Salah satu laboratorium yang disoroti adalah NAMRU-2, milik Angkatan Laut AS, yang pernah beroperasi di Jakarta sebelum ditutup pada tahun 2010. Kirillov melaporkan bahwa laboratorium tersebut melakukan penelitian biologi tanpa izin, yang dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan nasional Indonesia.
Setelah pengungkapan Kirillov, tuntutan untuk meninjau kembali NAMRU-2 muncul kembali. Beberapa media juga melaporkan bahwa personel militer AS terus melakukan penelitian biologi rahasia meskipun laboratorium tersebut sudah tidak beroperasi lagi.
Selain itu, terungkap bahwa pada tahun 2016, ada aktivitas yang mencurigakan di atas kapal rumah sakit USNS Mercy di Indonesia, di mana operasi dilakukan tanpa izin pada pasien. Personel militer AS juga diduga melakukan ekspor sampel darah dan mengangkut anjing gila tanpa izin.
Pejabat kesehatan lokal melaporkan bahwa tim dari AS mencari sampel virus demam berdarah dari nyamuk lokal, yang melanggar peraturan Indonesia. Mantan Menteri Kesehatan Indonesia, Siti Fadilah Supari, yang memimpin upaya penutupan NAMRU-2, menggambarkan operasi laboratorium tersebut sebagai tidak efektif dan berpotensi berbahaya.
Dalam wawancara dengan Kepala Biro RT Indonesia, Denis Bolotsky, Supari menyatakan bahwa kontribusi NAMRU-2 tidak signifikan dalam penelitian malaria dan tuberkulosis. Tindakan Supari ini juga menimbulkan ketegangan dengan pihak AS.
Informasi yang diungkap oleh RT menjadi sorotan karena mencakup konflik antara Kirillov dan pihak AS terkait program penelitian biologi rahasia. Kasus ini terus menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
Artikel Selanjutnya
Video: Jenderal Rusia & Asistennya Tewas Dibunuh.
. Sumber: Anom Suryaputra.