Petani di Cilincing Terancam Gagal Panen akibat Sawahnya Terendam Banjir
Banjir Ancam Petani di Cilincing, Jakarta Utara
Petani di wilayah Cilincing, Jakarta Utara, saat ini menghadapi ancaman gagal panen karena sawah mereka terendam banjir akibat musim hujan yang tinggi.
Musim panen yang seharusnya berlangsung pada awal tahun 2025 di Kelurahan Marunda dan Rorotan, Kecamatan Cilincing, terancam gagal karena banjir yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi, ungkap Asmat, Ketua Gabungan Kelompok Tani Rorotan (Gapoktan) Maju Bersama.
Selain banjir, para petani di Cilincing juga menghadapi risiko gagal panen akibat serangan hama yang merajalela.
Para petani mengalami masalah dengan penyakit padi yang menyerang tanaman mereka, sehingga hasil panen menjadi tidak maksimal. Untuk mengelola satu hektare sawah, mereka harus mengeluarkan biaya antara Rp 8 juta hingga Rp 10 juta.
Banyak petani terpaksa berhutang melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk bisa bertahan, namun banyak di antara mereka belum mampu membayar kembali pinjaman tersebut.
Anggota Poktan Cilincing mulai menyerah karena terus merugi, bahkan ada yang mengalami gagal total di lahan seluas 10 hektare.
Asmat berharap pemerintah tetap mendukung Marunda dan Rorotan sebagai daerah lumbung padi di Jakarta Utara, karena kawasan pertanian semakin berkurang.
Menurut Unang Rustanto, Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Utara, lahan persawahan yang tersisa di Jakarta Utara seluas 235 hektare, dengan status kepemilikan lahan sekitar 50 persen milik Pemprov Jakarta dan 50 persen milik pengembang.
Lahan pertanian di Jakarta Utara terletak di Kecamatan Cilincing, terbagi di Kelurahan Marunda dan Kelurahan Rorotan.
Dari total luas lahan pertanian 235 hektare di Jakarta Utara, diperkirakan dapat memproduksi padi sebanyak 1.175 ton dengan varietas Inpari, setara dengan 5,5 hingga 6 ton padi per hektare.
Sumber: Anom Surya Putra